Rabu, 06 Agustus 2008

Myanmar masih terpuruk akibat badai Nargis.

Tiga bulan setelah badai nargis menerjang Myanmar, masyarakat di wilayah delta Irrawaddy wilayah yang terparah, masih membutuhkan makanan dan air bersih, kondisi ini memperlambat usaha mereka untuk membangun kembali rumah-rumah mereka tutur pekerja bantuan asing. Berdasarkan evaluasi bersama antara PBB, pemerintah Myanmar dan pemerintah Asia Tenggara tiga perempat rumah tangga tidak memiliki akses yang cukup untuk air minum bersih, mengakibatkan penyakit seperti kolera dan disentri menjadi ancaman serius.



Sebagai tambahan, lebih dari 40% penduduk hanya memiliki sedikit atau tidak sama sekali bahan pangan. 800,000 penduduk terpaksa keluar dari rumah dalam bencana yang berdampak pada 2,4 juta masyarakat Burma, dimana hampir sebagian besar penduduk bertahan hidup melalui pertanian. Kesempatan untuk waktu tanam telah habis. Para petani harus menunggu hingga bulan November 2009 untuk memperoleh hasil panen yang baik dan harus berjuang untuk memperoleh cadangan bahan pangan, menurut Save the Children. Menurut UNICEF masalah kekurangan gizi belum menimbulkan kehawatiran, sedangkan Save the Children mengatakan jika masalah pangan dan pekerjaan tidak dapat diatasi maka jumlah anak-anak yang kekurangan gizi akan bertambah banyak.



Kekhawatiran dana akan berkurang muncul karena lembaga pemberi bantuan kehilangan uang karena ketidakjelasan nilai mata uang Myanmar. PBB mengakui bahwa mereka kehilangan USD 10 juta hingga saat ini.



Badai yang menerjang Myanmar, merupakan yang terburuk sejak badai menerjang Asia tahun 1991 di Bangladesh yang mengakibatkan 143,000 orang meninggal. Badai Nargis sering dibandingkan dengan tsunami tahun 2004 dimana 230,000 meninggal. Tetapi tidak seperti tsunami, bantuan untuk korban Nargis ditolak sejak awal dengan tidak diberikannya akses bagi pekerja bantuan asing dan kembaga donor untuk masuk ke Myanmar. Mereka juga menolak bantuan dari kapapl Perancis dan Amerika Serikat. Junta militer hanya mengakui bantuan asing setelah tiga minggu badai menerjang diikuti dengan pertemuan antara Ban Ki-moon dan Jendral Than Shwe.



Seiring dengan waktu, akses ke Myanmar sudah membaik walaupun pekerja bantuan asing masih memerlukan waktu empat hari agar ijin kerjanya disetujui. Tetapi dengan ditutupnya jembatan udara antara Bangkok dan Yangon pada 10 Agustus, lembaga pemberi bantuan harus menggunakan jalur laut dan darat yang lebih lambat.



Reuters: Cyclone-hit Myanmar struggling to find its feet.

July 31, 2008

Tidak ada komentar: